“
MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN “
EKOSISTEM
PESISIR SERTA KEADAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PANTAI NAMBO
OLEH:
KELOMPOK
II
NAMA-NAMA
ANGGOTA
|
||
NO.
|
NAMA
|
STAMBUK
|
1.
|
WA
ODE YULIYANA
|
F1A1
12 115
|
2.
|
NOVITA
RISMAYANTI
|
F1A1
12 106
|
3.
|
WA
ODE ASTIN
|
F1A1
12 113
|
4.
|
RATNI
|
F1A1
12 089
|
5.
|
SURIANA
|
F1A1
12 117
|
6.
|
LA
ODE HAJAR FOTORO
|
F1A1
12 093
|
7.
|
MUH.
JENDRIADI SARIF
|
F1A1
12 079
|
JURUSAN
MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU_OLEO
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
dan hidayah-Nya serta kesehatan, sehingga makalah matakuliah pengetahuan
lingkungan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Shalawat dan salam semoga
tetap tercurah kapada baginda Muhammad SAW, baserta seluruh keluarga, sahabat
dan orang-orang yang selalu istiqomah didalam islam hingga diakhir kiamat
nanti. Amin. Dalam proses penyusunan makalah ini banyak mengalami kesulitan,
namun berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, terutama kepada dosen
matakuliah pengetahuan lingkungan. saya ucapkan banyak terima kasih karena
telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan lengkap ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, itu semua sebagai akibat masih minimnya pengalaman penulis dan
keterbatasan literatur yang ada. Penulis menyadari pula dalam penulisan laporan
ini masih terdapat banyak kekeliruan, Untuk itu penulis sangat mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan
lengkap ini.
Kendari, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………...ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………….iii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................... ….1
1.2 Tujuan
dan Kegunaan…………………………………………………..3
1.2.1
Tujuan…………………………………………………………..3
1.2.2
Kegunaan……………………………………………………….3
BAB II PERMASALAHAN
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ekosistem Pesisir dipantai Nambo……………………………………..8
4.1.1 Mangrove……………………………………………………….8
4.1.2 Terumbu Karang……………………………………………….14
4.1.3
Padang
Lamun………………………………………………...21
4.1.4
Pasir dan Biota Laut……………………………………..…...24
4.2 Kondisi lingkungan dan kondisi masyarakat di
pantai nambo………..24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………....27
5.2 Saran…………………………………………………………………..27
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan
dan memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, mencapai 81.000 km, yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi kawasan budidaya dan kawasan non
budidaya. Pantai non budidaya dapat berupa daerah konservasi dan daerah yang
tidak dibudidayakan, misalnya karena sumber daya alam yang miskin dan atau
karena keadaan alamnya yang sulit, dicapai seperti daerah pantai yang terjal,
kering, rawan bencana alam.
Kondisi lingkungan pesisir di
beberapa pantai di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas sehingga
lingkungan pesisir di lokasi tersebut dapat berkurang fungsinya atau bahkan
sudah tidak mampu berfungsi lagi untuk menunjang pembangunan dan kesejahteraan
penduduk secara berkelanjutan. Penurunan kualitas lingkungan pesisir di banyak
tempat terjadi terutama akibat pencemaran dan atau perusakan lingkungan di
sekitanya.
Ekosistem adalah suatu unit fungsional dari berbagai ukuran
yang tersusun dari bagian komponen dan sistem secara keseluruhan berfungsi
berdasarkan suatu urutan kegiatan yang menyangkut energi dan pemindahan
energi.Dengan beberapa perkecualian, sumber energi azali adalah matahari.Energi
matahari ditangkap oleh komponen ototrofik yaitu tumbuh-tumbuhan hijau. Energi
yang tertangkap disimpan dalam ikatan kimia zat organik tanaman, yang merupakan
tanaman yang mendorong terus berjalannya komponen heterotrofik sistem
tersebut. Organisme heterotrofik meliputi semua bentuk – bentuk kehidupan yang
lain.
Wilayah laut dan pesisir beserta
sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pengembangan ekonomi
Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan beberapa ahli dalam berbagai
kesempatan, juga mengindikasikan hal yang serupa. Fakta-fakta tersebut antara
lain adalah :
- Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai. Dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa yang akan dating.
- Secara administratif kurang lebih 42 Daerah Kota dan 181 Daerah Kabupaten berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah masing-masing daerah otonomi tersebut memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengolahan dan pemanfaatan wilayah pesisir.
- Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar mulai dari Sabang hingga Jayapura, dimana didalamnya terkandung berbagai asset sosial (Social Overhead Capital) dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi dan financial yang sangat besar.
- Secara ekonomi, hasil sumberdaya pesisir telah memberikan kontribusi terhadap pembentuka PDB nasional sebesar 24% pada tahun 1989. Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum dikembangkan secara optimal, antara lain potensi perikanan yang saat ini baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya yang termanfaatkan.
- Wilyah pesisir di Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter) sekaligus sebagi simpul transportasi laut di Wilayah Asia Pasifik. Hal ini menggambarkan peluang untuk meningkatkan pemasaran produk-produk sektor industri Indonesia yang tumbuh cepat (4%-9%)
- Selanjutnya, wilayah pesisir juga kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan lauatan yang potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi (a) pertambangan dengan diketahuinya 60% cekungan minyak, (b) perikanan dengan potensi 6,7 juta ton/tahun yang tersebar pada 9 dari 17 titik penangkapan ikan di dunia, (c) pariwisata bahari yang diakui duniadengan keberadaan 21 spot potensial, dan (d) keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan “ecotaurism”.
- Secara biofisik, wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat biodiversity laut tripis dunia kerena hamper 30% hutan bakau dan terumbu karang dunia terdapat di Indonesia.
Karakteristik
dari ekosistem pesisir adalah mempunyai beberapa jumlah ekosistem yang berada
di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut kedalam wilayah ekosistem
pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun ( seagrass ), dan
ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini, masing masing ekosistem
mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda.
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
1.2.1.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
v Untuk
mengetahui ekosistem pesisir di pantai nambo
v Untuk
mengetahui keadaan lingkungan dan masyarakat dipantai nambo
1.2.2.
Kegunaan
v Mengetahui
ekosistem pesisir di pantai nambo
v Mengetahui
keadaan lingkungan dan masyarakat dipantai nambo
BAB
II
PERMASALAHAN
Pada makalah ini penulis hanya membatasi masalah tentang:
v Ekosistem
pesisir di pantai nambo
-
Mangrove
-
Terumbu karang
-
Padang lamun
-
Pasir
-
Biota Laut
v Kondisi lingkungan dan kondisi
masyarakat di pantai nambo
-
Kondisi
lingkungan pantai nambo
-
Kondisi
masyarakat disekitar pantai nambo
-
Sarana
dan prasaran di pantai nambo
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu
lingkungan
yang mengandung
garam dan bentuk lahan berupa
pantai
dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di
daerah pasang surut (terutama di
pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan
bebas dari
genangan pada
saat
surut yang
komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap
garam (Santono, et al., 2005).
Ekosistem mangrove merupakan suatu
sistem yang terdiri
atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi
dengan faktor lingkungannya di dalam
suatu habitat mangrove. Mangrove merupakan ekosistem
hutan yang unik karena merupakan perpaduan antara ekosistem
darat dan ekosistem
perairan. Hutan
mangrove mempunyai peranan yang sangat penting terutama bagi kehidupan masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya,
baik sumberdaya kayunya maupun
sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan) yang biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, et al.,2005).
Hutan mangrove di
Indonesia, yang terbagi kedalam 2 (dua) zone wilayah
geografi
mangrove yakni Asia dan Oseania, kedua zona tersebut memiliki keanekaragaman tumbuhan, satwa dan jasad renik yang lebih besar dibanding
negara-negara lainnya. Hal ini terjadi karena keadaan
alamnya yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ketempat lainnya dalam pulau
yang sama. Sistem perpaduan antara
sumberdaya
hutan mangrove dan
tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai
ekosistem
yang masing- masing
menampilkan
kekhususan dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat di dalamnya (Santono,
et al.,
2005)
Menurut Santono et al., (2005) terdapat variasi yang nyata dari luas total ekosistem mangrove Indonesia,
yakni berkisar antara 2,5 juta – 4,25 juta ha.
Perbedaan jumlah luasan ini lebih banyak disebabkan oleh
perbedaan metodologi pengukuran luas hutan mangrove yang dilakukan oleh berbagai pihak. Walaupun
demikian
diakui oleh
dunia bahwa Indonesia mempunyai luas ekosistem
mangrove terluas di
dunia (21% luas mangrove dunia). Hutan-hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas
di
dunia, terutama di sekeliling
khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.
Luas hutan mangrove
Indonesia antara 2,5 hingga
4,5 juta
hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha). Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat
di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar, yakni di pantai
timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini
telah lama
terkikis oleh
kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di
bagian timur Indonesia,
ditepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai
barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai
luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan mangrove Indonesia
(Santono, et al., 2005).
Terumbu
karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh,
menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut
polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat
kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang.
Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang.
Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna
untuk kehidupan hewan karang. Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat
berlindung bagi zooxanthellae. Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang
keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya
zat kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat
lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi karang yang kental,
yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp. Karang batu ini menjadi
pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan
kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap
perubahan lingkungan.
Istilah terumbu karang tersusun atas
dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan
memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan.
Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu,
karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada
suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah
definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang.
Lamun (seagrass) merupakan
satu-satunya tumbuhan berbunga (angiospermae) yang memiliki rhizoma,
daun, dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut beradaptasi secara penuh
di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air
Lamun umumnya membentuk
padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau
oleh cahaya matahari yang memadai bagi
pertumbuhannya.
Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan
sirkulasi air yang baik. Air
yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat
hara dan oksigen,
serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun.
Di
seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak
60 jenis lamun, yang terdiri atas 2 suku dan 12 marga
(Kuo dan Mccomb 1989), dimana di Indonesia
ditemukan sekitar 13 jenis yang terdiri atas 2
suku dan 7 marga.
Pantai nambo adalah salah
satu tempat rekreasi kota kendari yang terletak di Kelurahan
Nambo, Kecamatan Abeli, Kabupaten Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dan
berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Kendari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekosistem Pesisir dipantai Nambo
4.1. 1. Mangrove
4.1.1.1. Pengertian Hutan Mangrove
Hutan Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish)
dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest,
coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat
didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas
pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan
tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi
air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir pantai
di daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada
daerah pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan
dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam
ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara
habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut.
Hutan mangrove juga berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan
menetralisir bahan-bahan pencemar.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol
yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu
cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan
menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan mangrove
memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat
berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan
lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah
dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi
serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis
mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp),
bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada
(Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai.
Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan
endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Fauna mangrove hampir mewakili semua
phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia.
Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat
(terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Fauna darat, misalnya kera
ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung,
dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan
Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda,
sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.
4.1.1.2. Ciri-ciri Hutan Mangrove
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding
tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki
jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove
tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan
tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah
bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada
bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan
hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
- memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
- memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
- memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
- memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang
unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
- tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
- tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
- daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
- airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
4.1.1.3. Fungsi Dan Manfaat Hutan Mangrove
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat
dikelompokan sebagai berikut:
v Manfaat / Fungsi Fisik :
·
Menjaga
agar garis pantai tetap stabil
·
Melindungi
pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
·
Menahan
badai/angin kencang dari laut
·
Menahan
hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
·
Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi
menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
·
Mengolah
limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
v Manfaat / Fungsi Biologis :
·
Menghasilkan
bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga
penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
- Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
- Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
- Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
- Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
v Manfaat / Fungsi Ekonomis :
·
Penghasil
kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
·
Penghasil
bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan,
kosmetik, dll
·
Penghasil
bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
·
Tempat
wisata, penelitian & pendidikan
4.1.1.4. Jenis-Jenis Mangrove
Berdasarkan
hasil penelitian di Pantai Nambo Penulis menemukan empat jenis Mangrove yaitu:
·
Sonneratia (Pedada)
Gambar Sonneratia
hasil penelitian di Pantai Nambo
Ketiga jenis Sonneratia merupakan jenis pionir,
berupa pohon berukuran sedang hingga besar. Sonneratia
atau lebih dikenal dengan nama daerah pedada atau bogem, adalah
jenis mangrove yang buahnya bisa dimakan. Ada tiga jenis, yaitu
S. alba, S. caseolaris, S. ovata. Kadang-kadang daun-daun muda
ke tiga jenis tersebut dapat disayur dan atau dimakan mentah sebagai
lalap. Pneumatofornya yang masih muda dikenal pula sebagai sumber
obat dan jamu. Seduhan air buahnya dan pneumatofor dikenal pula sebagai
obat untuk menghaluskan kulit dan menjaga ketahanan kulit
terhadap sengatan panas matahari. Air buah S. caseolaris yang
telah difermentasikan digunakan sebagai obat untuk menghentikan
pendarahan, sedangkan air buah setengah matang bermanfaat sebagai
obat batuk.
·
Rhizophora
(Bakau)
Gambar Rhizophora hasil penelitian di Pantai
Nambo
Ada tiga jenis yang tergolong dalam marga
ini, yaitu R. mucronata, R. apiculata dan R. stylosa. Jenis-jenis ini
dikenal dengan nama bakau, dan merupakan jenis yang umum dan selalu
tumbuh di hutan mangrove. Pohon-pohon jenis ini mudah dikenal karena
bentuk perakarannya yang menyerupai jangkar, tinggi pohon
dewasa dapat mencapai 30 — 40 m, batangnya besar dan daunnya selalu
hijau dan mengkilap pada muka atasnya. Semua bagian tumbuhan jenis
ini dapat dimanfaatkan sebagai obat dan pangan. Daun, buah dan akar
yang masih muda apabila direbus bersama dan dicampur dengan kulit muda
Kandelia candel digunakan sebagai obat pencuci luka-luka
yang mujarab dan pengusir nyamuk dari badan. Air rebusan kulit yang
masih muda dan bagian ujung dari akar jangkar yang masih muda
dapat dipakai untuk mengobati mencret, disentri dan sakit perut
lainnya. Buahnya yang muda biasanya dapat dipakai sebagai campuran
minuman penyegar. Nektar dari bunganya mengandung madu, apabila
nektar ini dicampur dengan buah dan kulit batang muda Kandelia
candel berkhasiat untuk obat batuk dan tonikum.
·
Bruguiera
(Tanjang)
Gambar Bruguiera
Bruguiera merupakan pohon besar
dan tingginya dapat mencapai 30-40 m dan mempunyai akar lutut. Tempat
tumbuhnya biasanya dalam hutan pada tanah lumpur yang pejal. Di Indonesia
ada 5 jenis Bruguiera yang tumbuh di hutanhutan mangrove.
Tidak semua jenis dapat dimanfaatkan sebagai obat atau makanan. Kulit
batang yang masih muda dari jenis B. gymnorrhiza dapat dipakai
untuk menambah rasa ikan segar dan pengawet sementara ikan-ikan yang
telah dimasak. Daun muda, embryo yang tumbuh dari buah dan akar muda
dapat dimakan sebagai sayuran. Rebusan daun-daunnya dapat digunakan
sebagai obat pencuci mata. Air rebusan daun B sexangula
yang mengandung alkoid bermanfaat sebagai tonikon untuk ketahanan tubuh.
·
Avicennia
(Api-Api)
Avicennia merupakan pohon mangrove pionir, jadi mudah
sekali dikenal. Tumbuhnya selalu di tepi laut ataupun tepi sungai dan
merupakan pohon berukuran sedang sampai besar dan tinggi. Avicennia dikenal
pula dengan nama api-api. Getah yang keluar dari kulit batangnya
dilaporkan mempunyai khasiat sebagai afrodisiak, kontraseptif dan obat sakit
gigi. Biji mudanya digunakan sebagai obat untuk mematangkan bisul.
Buah dan bijinya apabila direbus dapat dimakan (misalnya A.
officianalis). Khasiat biji A. alba apabila ditumbuk halus dan
dicampur dengan salep dapat merupakan obat luka yang manjur,terutama luka
karena terbakar. Daun muda dan pucuk atau sirung A. marina
rasanya sangat enak sebagai lalap atau dibuat sayur lodeh. Abu dari
kayu jenis-jenis Avicennia dapat digunakan sebagai sabun.
Gambar Avicennia hasil penelitian di Pantai
Nambo
Keadaan hutan mangrove di pantai nambo mulai terancam hilang
dikarenakan pembabatan secara besar-besaran dikawasan pantai nambo ini,Proyek
perluasan pantai nambo membuat populasi mangrove disekitaran tempat rekreasi
ini terpaksa dibabat habis demi kelancaran proyek.Sangat disayangkan memang
melihat fungsi dari pohon mangrove itu sendiri yang mempunyai banyak manfaat
khususnya untuk ekologi dan lingkungan.
4.1.2. Terumbu Karang
4.1.2.1
Pengertian Terumbu Karang
Terumbu
karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan
sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.
4.1.2.2. Faktor- Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem Terumbu Karang
- Suhu
Secara global, sebarang terumbu
karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan
tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang
tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C,
dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.
- Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan
salinitas air yang tetap di atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu
karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar
teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas.
Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang
dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang
salinitasnya 42 %.
- Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan
proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu
yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman
maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang.
Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada
kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
- Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan
perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu
produktivitas perairan yang tinggi pula.
- Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang
terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang
tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang
memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air
segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada
koloni atau polip karang.
- Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat
positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh
karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan
sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga
berakibat pada kematian karang.
- Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan
faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok
untuk hewan ini.
4.1.2.3. Penghuni Terumbu Karang
·
Tumbuh- tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan
yang besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan
akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan, mampu
menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa
majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi yang
hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap
sedimen.
·
Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok-
kelompok utama dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu
karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur-
ubur dan Anthozoa.Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan
memiliki ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi
yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari
batuan kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan
tadi.Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang
hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang,
lobster dan udang karang.Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan
khusus dengan hwan lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa
substrat seperti penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau
udang kecil bwarna dengan anemone.Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur
kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir
laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan
makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi
perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi-
cumi.Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di
terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja
mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar
terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami
sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
·
Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
(1)
ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih
dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide,
Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
(2)
kelompok jenis indikator yaitu ikan
yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu
perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
(3)
kelompok ikan yang berperan dalam
rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili
Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae,
Apogonidae (Adrim, 1993).
Banyak
ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan
tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas
wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator,
daerah tempat hidup, dan daerah pemijahan.
·
Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya
dua kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular
ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.
4.1.2.4. Manfaat Ekosistem Terumbu
Karang
- Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.
- Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi
- Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
4.1.2.5 Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya
termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah
satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai
rusak. Hal ini disebabkan oleh :
·
Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang
dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan
menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari
tertutup oleh sedimen.
·
Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang,
air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun
limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
·
Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber,
diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan
perminyakan.
·
Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida
(CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara
global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi
memutih (bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan
kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang
terhambat dan akan mati.
·
Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran
dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif
tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah
kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
·
Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami,
racun dan bahan peledak.
·
Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai
bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter
persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
·
Penambatan jangkar dan berjalan pada
terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu
pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun
hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
·
Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar
pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara
manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan
membungkus polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.
4.1.2.6. Spesies Terumbu Karang
Spesies terumbu karang diantaranya: Acropora
cervicornis , Acropora acuminate, Acropora micropthalma, Acropora
millepora , Acropora palmate
dll
Dari hasil penelitian penulis tidak meneliti terumbu karang
karena tidak adanya fasilitas penelitian, penulis hanya meneliti terumbu karang
mati yang terdapat disekitaran pesisir pantai nambo.Terumbu karang mati ini ada
begitu banyak dan berkumpul satu tempat
membentuk seperti jembatan.
Gambar
Terumbu Karang Mati hasil penelitian di Pantai Nambo
4.1.3. Padang Lamun
4.1.3.1. Pengertian Padang Lamun
Lamun
didefinisikan sebagai tumbuhan berbunga (angiospermae) yang mampu beradaptasi
secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di
dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan
lamun (seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut,
berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.
Karena pola
hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (seagrass
bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut
dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau
jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari
komponen biotik dan abiotik disebut ekosistem padang lamun (seagrass
ecosystem).
4.1.3.2 Ciri-Ciri Ekologis Padang Lamun
Ekosistem padang
lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem
mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah
:
·
Terdapat di perairan pantai yang landai,
di dataran lumpur/pasir.
·
Pada batas terendah daerah pasang surut
dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang.
·
Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter,
di perairan tenang dan terlindung.
·
Sangat tergantung pada cahaya matahari
yang masuk ke perairan.
·
Mampu melakukan proses metabolisme
secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif.
·
Mampu hidup di media air asin.
·
Mempunyai sistem perakaran yang
berkembang baik.
4.1.3.3. Fungsi Padang Lamun
Ekosistem padang
lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di
samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan
dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian
diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai
berikut:
1.
Fungsi
ekologi
a. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat
produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang
ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
b. Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat
perlindungan dan tempat menempel berbagai organisme epifit. Disamping itu,
padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang
pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang
(coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).
c.
Sebagai
penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang.
Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun
yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg &
Lowestan 1958).
d. Penyaring limbah
Lamun dapat
mengakumulasi limbah yang masuk ke perairan.
2.
Fungsi
ekonomi
Adapun fungsi ekonomi
padang lamun yaitu:
a.
Digunakan untuk kompos dan pupuk,
b.
Cerutu dan mainan anak-anak,
c.
Dianyam menjadi keranjang,
d.
Tumpukan untuk pematang,
e.
Mengisi kasur,
f.
Beberapa jenis lamun yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti samo-samo (Enhalus acroides),
g.
Dibuat jaring ikan,
h.
Bahan untuk pabrik kertas,
i.
Obat-obatan,
j.
Wisata bahari,
k.
Areal marikultur (ikan, teripang, kerang
tiram dan rumput laut),
l.
Tempat pemancingan.
Pada penelitian,
penulis tidak meneliti langsung padang lamun di Pantai Nambo.Penulis hanya
menemukan daun padang lamun yang telah gugur disekitaran pohon
mangrove.Gugurnya daun padang lamun salah satunya diakibatkan oleh gelombang
air laut.
Gambar Padang Lamun
hasil penelitian di Pantai Nambo
4.1.4. Pasir dan Biota Laut
Pantai Nambo memiliki
pasir berwarna cokelat keemasan dan memilki biota laut yang sangat beragam
disekitaran ekosistem pesisirnya seperti: kerang, kepiting, siput, ulat, dll.
Gambar Pasir dan Biota Laut hasil
penelitian di Pantai Nambo
4.2.
Kondisi lingkungan dan kondisi
masyarakat di pantai nambo
Lokasi
Pantai Nambo terletak di Kelurahan Nambo, Kecamatan Abeli, Kabupaten Kendari,
Provinsi Sulawesi Tenggara dan berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota
Kendari. sekitar 30 menit perjalanan. Menuju pantai ini adalah sebuah
perjalanan yang mengasyikkan.Pantai ini memang belum banyak dikenal secara
luas. Hanya masyarakat lokal saja yang sering berkunjung ke pantai ini. Namun
justru hal tersebutlah yang membuat pantai ini cocok untuk disinggahi. Suasana
yang tenang, udara yang sejuk, hamparan pasir putihnya yang lembut dan landai
serta pemandangan yang indah semakin menambah daya tarik pantai ini.
Pantai
ini hanya 15 km dari pusat Kota Kendari, sekitar 30 menit perjalanan. Menuju
pantai ini adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan. Menyusuri Teluk Kendari,
melihat hutan bakau, menikmati tambak, meresapi aktivitas bahari para warga.
Sebelum
tiba di Pantai Nambo, Anda akan menembus perbukitan. Jalannya berkelok dengan
tebing dan jurang di kiri-kanan. Namun, panoramanya cukup menyegarkan untuk
menghempaskan penat yang dibawa dari kota. Pantai Nambo sangat pas untuk
berbagi keceriaan bersama orang-orang tercinta.
Pengunjung
bisa mencapai Obyek wisata di Sulawesi Tenggara ini dengan mudah
menggunakan transportasi umum ataupun menggunakan kendaraan pribadi. Jika Anda
dari Bandar Udara Walter Monginsidi, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 20
menit. Jika Anda dari Pelabuhan Kendari, Anda bisa menggunakan perahu
tradisional yang disebut ketinting atau kole-kole
Pantai
Nambo bukanlah pantai biasa, apalagi menyangkut asal-muasalnya. Tahukah Anda,
pantai ini dulunya hutan bakau yang cukup lebat. Sekarang, kondisi Pantai Nambo
sangat kontras dengan yang lama. Tak tersisa pohon bakau yang tumbuh kecuali di
selatan, itu pun hanya dua atau tiga. Adalah seorang pengusaha lokal yang
menemukan pasir putih di tengah hamparan hutan bakau. Baginya, itu adalah
potensi bagus untuk dikembangkan sebagai tempat wisata.
Pengusaha
itu pun membeli lahan di sana, yang sebelumnya adalah milik warga. Ia
kembangkan menjadi objek wisata. Pohon bakau pun dihilangkan karena tidak
bernilai estetik ‘wisata pantai pasir putih’. Ia mengelola pantai itu secara
swasta. Warga setempat, termasuk Pak Yasir, diajak meramaikan ‘pantai baru’
yang dikelolanya. Sejak itu muncullah identitas Pantai Nambo seperti yang ada
sekarang.
Sekitar
tahun 2000-an, pemerintah daerah mengambil alih Pantai Nambo. Jadilah pantai
ini milik Pemda Kota Kendari. Pemerintah pun lebih gencar mengembangkan Pantai
Nambo. Pohon bakau di tengah laut lantas dibersihkan, tak bersisa, agar tak ada
halangan untuk memandang batas horison laut dengan birunya langit tempat itu.
Benar saja, Pantai Nambo memang cocok untuk menyaksikan sunrise.
Pemerintah
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), mengandalkan Pantai Nambo ini
sebagai obyek wisata unggulan di daerah tersebut sebab sangat mudah dijangkau,
baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah.
Menurut
warga setempat, lokasi pantai ini dahulunya merupakan hutan bakau yang cukup
lebat. Hingga salah seorang pengusaha lokal menemukan hamparan pasir putih di
tengah lebatnya hutan bakau tersebut. Pengusaha tersebut lalu membeli sebagian
lahan di sana, yang sebelumnya adalah milik warga, lalu dikembangkannya menjadi
lokasi obyek wisata. Warga lokal pun diajak untuk meramaikan obyek wisata baru
ini. Hingga akhirnya sekitah tahun 2000-an, pemerintah daerah mengambil alih
pantai ini. Di tangan pemerintah daerah, obyek wisata ini semakin dikembangkan.
Pohon bakau yang ada di tengah laut dibersihkan agar tidak terdapat halangan
antara batas horizon laut dengan birunya pemandangan langit. Area parkir,
gazebo maupun kamar mandi umum pun mulai dibangun oleh pemerintah setempat.
Kini
di lokasi pantai ini sudah terdapat banyak pohon kelapa yang tumbuh seolah
berbaris memenuhi bibir pantai. Selain menambah kecantikan pantai ini, pohon kelapa
ini juga dapat dijadikan sebagai tempat berteduh saat terik matahari menerpa.
Bila Anda merasa kehausan pun, jangan khawatir karena terdapat banyak penjual
kelapa muda di sepanjang pantai ini. Di pagi maupun sore hari, lokasi pantai
ini pun cukup indah untuk menikmati suasana sunrise maupun sunset yang dipadu
dengan suasana tenang pantai ini. Pantai ini memang belum banyak dikenal secara
luas. Hanya masyarakat lokal saja yang sering berkunjung ke pantai ini. Namun
justru hal tersebutlah yang membuat pantai ini cocok untuk disinggahi. Adapun
kulaitas lingkungan yang dimiliki Pantai Nambo cukup baik diantaranya yaitu
suasana yang tenang, udara yang sejuk, hamparan pasir putihnya yang lembut, Ombaknya
tenang, airnya pun jernih. Pantai ini
pun mempunyai hamparan pasir putih yang membentang lebih dari 300 meter
dan landai serta pemandangan yang indah semakin menambah daya tarik pantai ini.
Menuju pantai ini adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan. Menyusuri Teluk
Kendari, melihat hutan bakau, menikmati tambak, meresapi aktivitas bahari para
warga.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini
yaitu:
1. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai
tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di
suatu lingkungan yang
mengandung garam dan bentuk
lahan
berupa pantai dengan reaksi
tanah anaerob.
2. Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanhellae.
3. Lamun
didefinisikan sebagai tumbuhan berbunga (angiospermae) yang mampu beradaptasi
secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di
dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.
4. Pantai
Nambo memiliki pasir berwarna cokelat keemasan dan memilki biota laut yang
sangat beragam disekitaran ekosistem pesisirnya.
5. Pantai
Nambo merupakan salah satu obyek rekreasi di kota Kendari yang mulai terancam
ekosistem pesisir lautnya.
5.2. Saran
Adapun
saran yang bisa penulis sampaikan adalah terkhusus untuk pemerintah provinsi
kota kendari yang telah mengambil alih pengelolaan tempat rekreasi Pantai Nambo
agar dalam perluasan Pantai Nambo menjadi tempat rekreasi terbaik di Kendari
sebaiknya memperhatikan juga kelestarian ekosistem pesisir disekitaran Pantai
Nambo, mengingat begitu banyak manfaat bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat
dan biota laut yang hidup disekitaran Pantai Nambo.
DAFTAR PUSTAKA
www.kamuslife.com
( di akses tanggal 20 desember 2014 )
www.one-man-eka.blogspot.com ( di akses
tanggal 20 desember 2014 )
www.academia.edu.com (
di akses tanggal 20 desember 2014 )
www.zhangiswandi.blogspot.com ( di akses tanggal
20 desember 2014 )
www.ermiandaaa.blogspot.com ( di akses
tanggal 20 desember 2014 )
www.id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Nambo ( di akses tanggal 20 desember 2014 )
www.indonesia.travel.com ( di
akses tanggal 20 desember 2014 )
www.1001malam.com
( di akses tanggal 20 desember 2014 )
www.gocelebes.com
( di akses tanggal 20 desember 2014 )